
Karawang, spsibekasi.org — Sarasehan TMMIN Union Supply Chains 2025 kembali digelar (16/10) dengan kolaborasi antara pekerja, manajemen, dan mitra rantai pasok dalam membangun industri otomotif nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan. Bertempat di Hotel Resinda, Karawang, kegiatan tahunan ini diikuti oleh 260 perusahaan supplier PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), serta dihadiri perwakilan serikat pekerja dan manajemen perusahaan.
Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB ini menjadi wadah dialog strategis untuk menyelaraskan visi antara pekerja dan pengusaha dalam menghadapi dinamika industri otomotif di tengah perubahan ekonomi global. Forum ini juga menjadi sarana berbagi praktik terbaik dalam meningkatkan produktivitas, kompetensi, serta kesejahteraan pekerja di seluruh rantai pasok.
Ketua PUK SP LEM SPSI PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Fajar Sudiar R., dalam sambutannya menegaskan bahwa sarasehan ini bukan sekadar agenda tahunan, melainkan forum strategis nasional untuk memperkuat hubungan industrial yang harmonis dan berkeadilan.
“Produktivitas dan kesejahteraan harus tumbuh bersama. Serikat pekerja bukan hanya menuntut hak, tapi juga berperan aktif memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan. Ketika perusahaan tumbuh, pekerja pun sejahtera,” ujar Fajar dengan penuh semangat.
Fajar juga mengingatkan pentingnya membangun kebanggaan terhadap produk lokal dan nilai-nilai nasionalisme dalam setiap lini produksi. “Industri otomotif tidak hanya menopang PDB dan ekspor nasional, tapi juga membuka jutaan lapangan kerja. Oleh karena itu, hubungan industrial yang sehat adalah kunci daya saing Indonesia di masa depan,” tambahnya.
Perwakilan manajemen TMMIN dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa 99 persen pekerja Toyota di Indonesia adalah tenaga kerja lokal yang menjadi kekuatan utama perusahaan.
“Toyota hanyalah merek global, tetapi semua karya dan hasilnya adalah kerja keras orang Indonesia. Kami bangga karena kolaborasi dengan 260 supplier ini menjadi fondasi kuat bagi ekspor otomotif nasional,” ungkapnya.
Manajemen juga menegaskan komitmen untuk menjaga kepatuhan terhadap peraturan ketenagakerjaan di seluruh rantai pasok. “Tidak boleh ada pelanggaran hukum ketenagakerjaan. Supply chain Toyota harus menjadi contoh terbaik dalam praktik hubungan industrial yang beretika dan berkeadilan,” tegasnya.
Sementara itu, Presiden Federation All Toyota Workers Union (Fatwu) dari Jepang, Katsuyoshi Nishino, yang turut hadir dalam forum ini, menekankan pentingnya membangun hubungan jangka panjang antara pekerja dan manajemen.
“Konsistensi, kerja keras, dan semangat gotong royong adalah roda penggerak Toyota di seluruh dunia. Di Indonesia, kami melihat semangat ini tumbuh sangat kuat,” ujarnya.
Selain sesi sambutan, sarasehan juga diisi dengan paparan ekonomi makro oleh M. Rizal Taufikurahman dari INDEF, yang menekankan bahwa industri otomotif tetap menjadi pilar kuat perekonomian nasional. “Keseimbangan antara daya saing industri dan kesejahteraan pekerja adalah fondasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.
Forum juga menghadirkan sesi berbagi praktik dari serikat pekerja PT Sugity Creativ dan PT Nusa Toyotetsu, yang membahas strategi menjaga hubungan kerja harmonis, penerapan sistem karakuri, dan pentingnya komunikasi efektif antara pekerja dan manajemen dalam menghadapi era digitalisasi industri.
Acara yang berlangsung hingga pukul 15.30 WIB ini ditutup dengan komitmen bersama untuk memperkuat sinergi produktivitas dan kesejahteraan, dengan semangat “Hubungan Industrial Pancasila” sebagai landasan utama.
Melalui Sarasehan TMMIN Union Supply Chains 2025, TMMIN dan seluruh mitra supplier menegaskan tekad untuk terus menjadi bagian dari kemajuan industri otomotif nasional, produktif, berdaya saing, dan menyejahterakan.
Her-spsibekasi.org